SOKOGURU, BANDUNG - Langit Bandung seolah meredup bagi Persib pada Minggu malam itu. 

Harapan yang membumbung tinggi untuk memulai laga Piala Presiden 2025 dengan manis harus terkubur dalam-dalam. 

Di hadapan ribuan Bobotoh yang memadati Stadion Si Jalak Harupat, tim kebanggaan mereka justru tersungkur, menelan pil pahit kekalahan 0-2 dari wakil Thailand, Port FC, pada 6 Juli 2025. 

Sebuah mimpi buruk yang membuat langkah Maung Bandung menuju takhta juara kini menjadi terjal dan penuh liku.

Luka di Babak Pertama, Duka di Babak Kedua

Pertandingan yang digadang-gadang akan menjadi panggung unjuk gigi Persib justru menjadi panggung nestapa. 

Solidnya pertahanan Maung Bandung akhirnya runtuh sesaat sebelum turun minum. 

Adalah Bordin Phala yang menjadi aktor protagonis bagi tim tamu, mencatatkan namanya di papan skor pada menit ke-45+2 dan membungkam seisi stadion. 

Gol tersebut tak hanya mengubah skor, tetapi juga meruntuhkan mental para pemain sesaat sebelum jeda.

Memasuki babak kedua dengan misi menyamakan kedudukan, gawang Persib yang dikawal Kevin Ray Mendoza justru kembali bergetar. 

Alih-alih mencetak gol balasan, pasukan Bojan Hodak harus melihat Peeradol Chamratsamee menggandakan keunggulan Port FC. 

Gol kedua ini seakan menjadi vonis yang menyakitkan, memastikan Persib pulang dengan tangan hampa dan kepala tertunduk dari laga perdana mereka.

Terpuruk di Dasar Klasemen, Harapan yang Tersisa

Kekalahan menyakitkan ini secara otomatis menempatkan Persib Bandung di posisi paling buncit, sebagai juru kunci klasemen sementara Grup B tanpa satu poin pun dan defisit dua gol. 

Di sisi lain, Port FC dengan nyaman memuncaki klasemen berbekal tiga poin dan surplus dua gol. 

Sementara itu, Dewa United FC yang belum bertanding, mengintai dari posisi kedua, menanti laga perdananya dengan kondisi yang jauh lebih diuntungkan.

Meskipun terkapar dan terluka, api perjuangan Persib Bandung belumlah padam sepenuhnya. 

Asa untuk melaju ke partai puncak Piala Presiden 2025 masih terbuka, meski kini jalan yang harus dilalui tak lagi mulus. 

Sesuai regulasi turnamen, hanya juara grup yang berhak melenggang langsung ke final, sementara peringkat kedua akan memperebutkan tempat ketiga. Fokus Persib kini adalah merebut tiket final tersebut.

Misi Wajib Menang: Tak Ada Tawar-menawar

Kini, kalkulator dan hitung-hitungan menjadi sahabat karib skuad Maung Bandung. 

Skenario pertama dan utama, yang tak bisa ditawar lagi, adalah meraih kemenangan di laga terakhir mereka. 

Laga melawan Dewa United pada Selasa, 8 Juli 2025, telah berubah status menjadi sebuah partai final, sebuah laga hidup-mati bagi David da Silva dan kawan-kawan.

"Kemenangan wajib diraih Persib di laga terakhir Grup B," menjadi mantra yang harus terus diulang. 

Hasil imbang, apalagi kekalahan, akan langsung menutup pintu final dan mengakhiri perjalanan Persib di turnamen pramusim paling bergengsi di Tanah Air ini. 

Tiga poin adalah harga mati yang harus diperjuangkan hingga peluit akhir berbunyi.

Kalkulasi Agregat Gol: Menang Saja Tak Cukup?

Namun, kemenangan saja mungkin tidak akan cukup untuk mengamankan posisi puncak. 

Persib tidak hanya dituntut untuk menang, tetapi juga menang dengan skor sebesar mungkin. 

Mengapa? Karena jika ketiga tim di Grup B sama-sama mengoleksi tiga poin di akhir klasemen, maka penentuan juara grup akan bergantung pada selisih gol. 

Saat ini, Persib memiliki selisih gol minus dua (-2), sebuah defisit yang wajib mereka perbaiki.

Skenario paling ideal adalah Persib menang telak atas Dewa United, sembari berharap hasil pertandingan lain di grup ini menguntungkan mereka. 

Setiap gol yang dicetak ke gawang Dewa United akan sangat krusial, tidak hanya untuk meraih tiga poin, tetapi juga untuk memperbaiki agregat gol mereka demi menjaga asa lolos ke partai puncak yang didambakan.

Laga Penentuan di Si Jalak Harupat

Seluruh mata pencinta sepak bola nasional kini akan tertuju pada pertarungan krusial di Stadion Si Jalak Harupat. 

Laga antara Persib Bandung vs Dewa United akan digelar pada Selasa, 8 Juli 2025, pukul 19.30 WIB. 

Inilah momen pembuktian bagi tim asuhan Bojan Hodak. Mampukah mereka bangkit dari keterpurukan, atau justru kembali terjerembap dalam kekecewaan di hadapan pendukungnya sendiri? 

Jawabannya akan tersaji dalam 90 menit yang penuh drama dan emosi. (*)